Penulis
adalah Superhero
Aika
Hurairah
Buku
ini hadir untuk berbagi dan membersamai kawan-kawan tuk belajar. Buku ini hanya lembaran-lembaran sederhana yang lahir
dari kelas menulis online yang dinikmati
penulis, dengan niat untuk memamerkan kebodohan pada khalayak, guna bertemu
kalian sebagai guru untuk meluruskan penulis jika jalan yang ditempuhnya
berkelok. Mari bersama belajar!
Penulis
adalah Superhero!
Tentu
teman-teman pada bingung, kan? Kok bisa judul e-book ini aneh bin
ajaib? Penulis itu dipanggil superhero?
Apa hebatnya? Tenang-tenang! Mari kita searching bersama!
Ya, masih banyak di antara kita yang
berasumsi, menulis itu seperti job sambilan atau pekerjaan orang yang
banyak nganggurnya. Iya gak? Eits,
jangan salah! Dari menulis, tahu tidak? Penulis itu bisa beroyalti sampai
bernilai M, bukan J lagi! Semisal Tere Liye, Andrea Hirata, Ippo Santosa, Asma
Nadia dkk.
Itu kan memang para penulis best seller! Hmmm, apa mereka awal menulis ujuk-ujuk jadi best seller? Tidak,
kan? (kecuali Andrea Hirata, yang menyusun
naskah untuk hadiah gurunya, ketika diam-diam temannya memasukkan naskahnya ke
redaksi, eh malah lolos dan akhirnya jadi best seller. Luar biasa
niatnya!).
Bahkan, J.K
rowling, si novelis fenomenal, mendapat 14x penolakan saat memasukkan naskahnya
ke penerbit mayor, andai saja beliau berhenti berjuang, mungkin kita tak pernah
berjumpa dengan film spektakuler Harry Potter.
Jangan
pernah membandingkan karya kita dengan penulis berkelas, karena setiap penulis
itu berbeda dan memiliki karakter atau kekhasan tersendiri! Bahkan penulis yang
cukup baru-baru ini kita nikmati buku-bukunya, penulis Ahmad rifa'i rif'an,
memulai debut dari awal, dengan royalti 0 rupiah, royalti hutang, sampai beliau
bisa menjadi penulis milyader tiap bulannya dari omset bukunya. Bahkan,
seumpama beliau tidur sepanjang hari, tetapi royalti buku best sellernya bisa terus menerus mengalir(kutip dari buku beliau:
perjalanan menulis ahmad rifa'i rif'an), bisa bangun rumah, keluarga dan beli
mobil.
Menulis itu
bukan bakat, tapi habbit atau kebiasaan! Kalau bakat mah, kenapa
ada penulis yang baru belajar menulis beberapa bulan, tapi ulet. Ujuk-ujuk naskahnya
bisa lolos ke penerbit mayor atau penerbit besar? Dan akhirnya memutuskan untuk
meningkatkan potensi menulisnya dengan menulis banyak buku, seperti guru saya
bernama Kak Fahim Ahmad di grup kelas Online.
So, bukan perkara bakat ya! Tapi kebiasaan yang teguh!
Bagaimana bisa penulis menjadi superhero? Sederhananya
begini, jika teman-teman semua menjadi penulis apalagi menyandang predikat
best seller, dengan royalti yang terus menerus mengalir, dan teman-teman
menggunakannya dengan bijak, semisal, membuat taman baca seperti yang dilakukan
bunda Asma Nadia, atau semisal Ustad Salim a fillah, yang menghidupkan
dakwahnya melalui buku-bukunya. Sungguh kebermanfaatan dan superpowernya
mengalahkan superhero the movie yang ada di box office, Karena
itu REAL!
Penulis itu superhero, karena
tulus berbagi ilmu, apa pun disiplin ilmu yang disandangnya, ia bisa mengangkat
berbagai pembahasan dengan macam warna. Jadi, meskipun penulis itu juga telah mangkat,
maka karya yang ditulisnya akan senantiasa hidup. Seperti Imam Al-ghazali,
Hasan Al-banna, W.S Renda, Khalil Gibran, Sherlock holmes.
Bahkan
diantara mereka, atas izin Allah, mampu
membuat mati suri seseorang meski sang penulis telah damai di kehidupan
selanjutnya. Bagaimana bisa? Sederhananya begini, Jika seseorang yang awalnya
sakit atau koma jiwanya, lalu terinspirasi dari buku yang dibacanya, kemudian
mengambil pelajaran dan "change" jadi lebih baik, kemudian
berlanjut menyampaikan apa yang dialaminya pada kawan-kawannya, seakan-akan ia
mati suri dari koma, kemudian kembali hidup dan benar-benar menikmati hidupnya
dengan bijak. Seperti Sakti, gitaris keren Sheila on 7, yang membaca
buku tentang sakaratul maut, saat menunggu pesawat. Hingga kini, senantiasa
berbenah diri dan berbagi pada khalayak. Felix siauw, yang asal baca buku di
kamar kosan teman, membaca bab tentang adab sehari-hari bahkan bab jima
yang diatur dalam agama, akhirnya melahirkan banyak pertanyaan, dan ending yang
luar biasa sensasional sampai detik ini.
Maka,
tulislah karya yang kontennya baik, agar tak ada sesal yang tersemat. Tulisan
itu seperti teko, apa yang dituangkannya adalah isinya, apa yang sering
diamati, konsumsi, baca, dengar, alami, dan rasakan akan menjadi karakter
penulis dan yang ditulisnya. Menulis itu
juga seperti paramater kecerdasan, ada tidak bahasan yang akan ditulis?
Jangan
pernah anggap remeh sebuah tulisan dan penulis. Pernah dengar ungkapan Satu
peluru hanya dapat menembus 1 kepala dan 1 tulisan dapat menembus 1000 kepala? (Sayyid
Quthb).
Nah, ini benar adanya, mari melirik
seorang jurnalis, Theodore Herzl, dengan bersandangkan gelar Bapak Zionis, dari
1 tulisannya berjudul der Judenstaat (Negara Yahudi), tahun 1896,
cita-cita mendirikan sebuah negara baru dan menjadi real hingga kini, sebuah tulisan bisa menembus ribuan bahkan
lebih kepala.
Lha,
bagaimana ceritanya? Beliau yang berdarah yahudi memiliki asa, untuk
menyelesaikan permasalahan orang-orang yahudi yang tersebar di penjuru, ia
memiliki plan untuk mengumpulkan semua orang yahudi dalam 1 negara, yang
kita kenal sekarang bernama Israel. Nah, jika beliau 50 tahun yang lalu sebelum
berdiri negaranya, langsung ber-orasi mengemukakan opininya, tentu banyak yang
membully dan tidak percaya.
Akhirnya
lahirlah sebuah tulisan yang kala itu viral, sehingga diadakan konferensi
lanjutan. Hingga lahirlah negara baru Israel, dengan mencaplok negara
Palestina, yang negara kita sendiri tak mengakui kedaulatannya. Kok pembahasannya sampai sini? Iya,
inilah salah satu contoh kekuatan sebuah tulisan.
Di
Indonesia sendiri, kita mengenal salah seorang pentolan PKI bernama Muso, yang
terinspirasi buku revolusi-komunis karya Marx dan Lenin, sehingga membawa dampak
untuk Indonesia sendiri. Perubahan dalam tanda kutip! Sehingga usaha
pengkudetaan terjadi di beberapa titik di tiap wilayah Indonesia dari sabang
sampai merauke. Inilah yang disebut The
power of a book!
Bahkan,
presiden pertama Indonesia, yang negara Paman Sam saja takut pada beliau, gemar
membaca buku sejak muda, ketika anak-anak yang lain bermain. Melalui membaca,
seolah-olah Bung Karno dapat bersua dan mendengarkan pikiran orang-orang hebat,
yang kelak membentuk mental dan seni berdiplomasi beliau, hingga membuatnya
menjadi pejuang tanah air. Begitu pula Muhammad Hatta, Gus Dur, Ki Hajar
Dewantara, B.J Habibie, semuanya merupakan tokoh hebat tanah air, yang terkenal
masih eksis, tokoh bersejarah yang lahir dari salah satu corong, yakni gemar
baca buku.
Sedang,
penulis sendiri, in shaa Allah senantiasa berproses untuk terus belajar
dan berbagi, dari inspirasi biografi manusia mulia dan para tokoh, seperti Rasulullah
SAW-Muhammad bin Abdulloh, Muhammad Al-fatih, Salahuddin Al-ayyubi, Hasan
al-banna, Bediuzzaman Said Nursi dan masih banyak lainnya.
1 tulisan
memang punya kekuatan! The superpower. Karena itu, jika tulisan
adalah superpower, maka sang
penulis adalah superhero. Maka tulislah yang baik-baik, apapun genre
tulisan! Pahlawan adalah siapa pun yang bisa berbagi dan menginspirasi kebaikan
untuk khalayak. Mari menjadi superhero
jaman now!
Mengapa
harus menjadi superhero (penulis)?
1. Menulis itu wadah penambah
pengetahuan, 1 buku yang ditulis saja bisa memuat 10-20
buku yang dibaca, ya minimal 1 buku yang ditulis ada 3 referensi buku. Maka
penulis akan rajin membaca buku, yang menjadi jendela tuk melihat dunia. Mustahil jika penulis malas baca buku, kalau
malas, apa bahan yang bisa ditulis? Bak jualan, jika tidak memiliki bahan yang
dijual, apa yang mau didagangkan? Begitu pun keterkaitan antara baca dan nulis.
Bunda Asma Nadia sendiri, membiasakan diri untuk membaca 2-3 buku dalam se-pekan.
2. Penyebar kebaikan,
tulisan sangat efektif untuk menyampaikan asa, menebar kebaikan, juga merupakan
warisan yang hendak kita berikan untuk negeri kita. Bukan tentang pasar bangsa
sebenarnya, tapi tentang nasib bacaan bangsa.
3.
Menulis, sumber penghasilan. Seperti yang penulis bahas
diawal. Menulis buku mendapat royalti, menulis artikel mendapat fee.
Penghasilan penulis best seller bisa mencapai ratusan juta bahkan sampai
milyaran. Meski yang harus diingat, pajak penulis itu tinggi ya kawan-kawan.
Gunakan, apa yang kita nikmati dengan bijak, dan sebagai jalan untuk berbagi
dengan saudara-saudara di sana. Be a hero jaman now! Ingat, perkara
berbagi bukan tentang kehilangan, tapi menemukan kembali dengan lapis-lapis
keberkahan.
4. Agar abadi. Meski usia tertimpa
masa, tapi karya tetap hidup. Mengalir bak air. Ya, setidaknya ada lah andil
kita untuk kontribusi kebajikan buat bangsa. Jalaluddin Rumi "Takkala aku
mati, jangan kau palingkan matamu ke tanah untuk mencari kuburanku, kuburanku
berada di hati orang yang arif". Maka, penulis akan abadi karyanya,
seolah-olah ia tetap hidup. Karenanya, jangan pernah menulis karya yang kelak
akan disesali. Tulisanmu adalah tanggung jawabmu! Kelak akan dipertanggung
jawabkan.
Rahasia Kepenulisan ala Ahmad
rifa'i rif'an
1. Asal nulis
2. Asal jadi buku
3. Asal terbit
4. Asal best seller
Sesungguhnya, the superpower itu bergantung dari kekuatan niat. "Amal itu tergantung dari niatnya" HR. Bukhari, Muslim. Andaikan demi uang untuk menulis 1
buku best seller, dalam jangka waktu 2-3 bulan juga bisa, lalu silahkan
tidur selama bertahun-tahun. In shaa Allah teman-teman akan tercukupi
kebutuhannya dari royalti buku.
Bukan
perkara uang sebenarnya. Niatkan untuk ibadah seperti dikutip dari Ustad Yusuf
Mansur. Maka, berkah akan kebaikan yang bertambah-tambah akan dirasakan. Materi
bukan perkara motivasi utama. Dampaknya hanya dunia. Seseorang akan mendapatkan
sesuai dengan apa yang diniatkannya. Sangat boleh, jika royalti kita, digunakan
bijak untuk berbagi pada saudara kita. Berbagi sedikit ilmu dan materi.
Tidak
perlu menunggu menjadi penulis best seller seperti Andrea Hirata, Tere
Liye, Ippho Santosa dll. Bahkan penulis biasa saja yang mau berusaha dan diniatkan
baik. Maka Allah karuniakan penghasilan miliyaran tiap bulan (seperti
yang dikemukakan ahmad Rifa'i rif'an). Apa pun pekerjaannya, setiap orang punya
peluang jadi penulis.
Agar
tidak minder dengan karya sendiri, jangan pernah membandingkan karya kita
dengan penulis best seller, karena karya kita tentu punya kekhasan.
Cukup niatkan untuk berbagi. Tidak menggurui pembaca, tapi membersamai dan
belajar bersama.
Jangan jadikan tulisan kita bak sampah!
Artinya, kita setiap harinya memuat status di sosmed, tak pernah memback-upnya
dengan mengumpulkan sesuai tema dan mencetaknya menjadi sebuah buku. Jika hanya
status-status yang ditulis kemudian ditimbun oleh status baru. Status kita
hanya akan menjadi sampah bagi teknologi yang tak ada guna dan menjadikan bahan
bangsa asing untuk mengamati mental dan pola pikir anak bangsa.
Tidak lebih
dari 10% total penulis di Indonesia, dewasa ini, negara ini bukan defisit
penulis, tapi krisis mental untuk melahirkan sebuah buku. Boleh dikata, Setiap
orang adalah penulis. Ya, penulis status di FB, IG, Twitter dan sosmed lainnya.
Mari memulai mencetak karya! Membukukan atau menyulapnya menjadi e-book.
Jangan
takut berbagi, jika dari kita lahir penulis baru yang lebih baik atau muncul
pesaing dalam kepenulisan. Penulis mengingat sepenggal petuah baik dari Hasan
al basri "Aku tahu rezekiku telah diatur karena itu hatiku tetap
tenang". Yang perlu dilakukan ialah bersemangat bekerja dan berbagi.
Berbagi
itu barokah, punya ilmu harus dibagi, jika hidup hanya menyimpan ilmu seorang
diri, tak ada manfaatnya. Salah satu amalan yang takkan terputus ketika say
good bye pada dunia ialah ILMU YANG
BERMANFAAT.
Trik
Jitu Menulis ala Muhammad IJ
1. Menulis sesuai konsumsi publik. Ibarat penulis suka buah
mangga, tidak semua kan orang suka mangga? dan itu jangan dipaksakan!
2. Tahu kebutuhan pasar pembaca, pake teknik on the spot
atau teknik trawang. Teknik on the spot ialah menelisik pembahasan
yang lagi booming. Teknik trawang adalah menulis sesuai kebutuhan jaman
yang akan datang. Tahu dari mana? Peka terhadap zaman, up date informasi,
teori dan pengetahuan. Ex. karya yang masih hidup hingga kini. Karya
Imam al ghazali-hya'ulum al-din, Hasan al-banna-Risalah Pergerakan, Said
Nursi-Risalah Nur, dll.
3. Sudah tahu pasar? Ya, langsung tulis! Sekarang!
4. Tulis yang mudah dipahami
5. Jangan sering writer block's, ide mandek, karena pasar tahu, jadi nulisnya
jelas, tahu gaya bahasa dan pembahasan. Apalagi yang dibingungkan?
6. Revisi niat
7. Menerbitkannya
Komitmen
dan Mangasah Diri Untuk Menulis!
1. Debat pembahasan menggunakan tulisan, membahas
sebuah fenomena ke dalam tulisan
2. Minta kritik, mintalah kritik pada sosok guru
penghidup masa depan, artinya dalam keperjalanan, kita kadangnya bertemu dengan
sosok guru yang lisannya setajam silet, hanya memberi kritik, tanpa saran yang
dapat direalisakan. Maka, bijaklah memilih guru. Definisi guru di sini luas ya
kawan, guru adalah semua orang yang kita kenal dapat kita ambil pelajarannya.
Baik itu, adik kelas, adik angkatan, kawan, tetangga, orang tua, penjual siomay
dll.
3. Ikut kelas menulis, kelas gratis atau berbayar.
Semua baik, tapi biasanya yang terbaik kebanyakan memang berbayar, anggap saja
ini sebuah inventasi
4. Baca banyak buku, jangan jadi macam kutu buku!
Jadilah predator buku, menulis itu apa yang kamu baca
5. Melakukan reevaluasi terhadap buku
6. Menulislah!
Sedikit
Bocoran dari Perjalanan Para Penulis
Jangan
puas hati dulu, keika naskah kita lolos di penerbit, karena para editor jaman
now, tidak seketat dulu, buktinya
banyak buku-buku yang isinya biasa saja, tapi masuk di dalam jajaran berkelas,
terbitan dari penerbit ternama. Jangan sampai buku kita hanya bertahan beberapa
mimggu atau beberapa hari terdepan, kemudian mengisi rak buku diskon
setelahnya. Maka, pastikan buku kita jadi best seller.
Percaya
dirilah pada tulisan sendiri. Jika sama karya sendiri tidak yakin. Bagaimana
meyakinkan yang lain? Ada seorang kawan penulis, meski tulisannya masih
berproses atau biasa saja, namun kepercayaan dirinya membawanya pada
keberhasilan. Beliau begitu semangat membukukan naskah melalui penerbit indie
dan memasarkan sendiri tulisannya. Skill marketing juga sangat
mempengaruhi keperjalanan menulis. Stategi untuk mewujudkan life gols, kita
harus berperan dalam takdir kita.
Menulis
itu persoalan jati diri, ciri khas, atau dalam kebahasan disebut idiolek. Maka,
tidak dibatasi teori apa pun. Kekhasan tersebut didapat dari karakter buku yang
sering dibacanya, dari lingkungan dan budaya. Inti dari menulis ialah berbagi
dan menyampaikan pesan (gagasan, rasa, asa, fakta dll) pada kawan-kawan
pembaca.
Salah
seorang penulis muda menanyakan, bagaimana jika penulis lebih asyik menulis
daripada belajar? Ya, justru dari belajar, kelak menjadi bahan tulisan.
Intinya, penulis itu banyak belajar, mencari referensi atau riset untuk
pembahasan yang akan ditulisnya. Baik itu karya fiksi atau nonfiksi.
Guru saya,
Mohammad IJ berpesan, saat menulis jangan pikirkan keuntungan dari penerbit!
Tapi layak tidak, karya kita bisa diterima? Jika sulit tembus di penerbit
mayor, kita bisa mencoba penerbit indie, yang memberi fasilitas oke dan murah.
Penerbit Indie (self publishing) adalah penerbit yang akan mencetak buku
kita, tanpa seleksi ketat, kita sendirilah yang membiayai dan marketingnya(sesuai
kontrak), keuntungan penjualan milik penulis.
Penulis
Itu Superhero yang Romantis
Tahap awal
menulis karya itu, hingga terbitnya sebuah buku itu sungguh dramatis. Tiap scene
saat menulis, rasa malas sering menjangkit. Malas menulis itu bak begadang
seharian, lantas selepasnya pulas tertidur. Tapi, betapa bahagianya, jika
harapan dan cita-cita tercapai. Menulis itu melatih sabar, tekun dan emosi (yang
dikontrol). Apalagi saat ide mandek,
karena kurang riset. Tulisan mampu membawa pembaca pada berbagai macam emosi,
termasuk sebagai warna penghibur. Tulislah karya yang jelas, manfaat dan
visionaris!
Menulis itu
perkara komitmen. Komitmen berlelah-lelah merampungkan tulisan hingga berbentuk
buku, dengan niat untuk berbagi pada khalayak. Sungguh aktivitas yang romantis.
Jika suatu
saat karya kita banyak mendapat kritik. Berbanggalah karena telah menjadi
penulis yang memiliki cukup karya yang berkenan dikritik, juga itu merupakan
pembelajaran yang membangun. So,
dengarkan nasihat yang berdata yang tentu mudah direalisasikan.
Berikut rekapan pertanyaan dan
ulasan calon penulis hebat bangsa dari kelas menulis online
1. Bagaimana jika tidak PD dengan karya sendiri? Jika
diri sendiri sebagai penulis saja tidak yakin akan karyanya, bagaimana
meyakinkan pembaca? Niatkan untuk berbagi dan belajar.
2. Bagaimana menilai karya kita layak atau tidak? Jika
naskah telah sekesai, bagikan pada teman-teman (yang dinilai mampu mengkritik
membangun dan berdata), jika banyak karya kita yang disukai, berarti karya kita
bagus. Jadikan kritik dan saran untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
karya. Setelah ke teman-teman, barulah coba masukkan ke penerbit.
3. Bolehkah mengirim 1 karya yang sama ke banyak penerbit? Dari
salah seorang penulis best seller sendiri tidak menyarankan, karena jika
semua penerbit meloloskan naskah kita, kita bisa masuk dalam daftar hitam.
Sedang, salah seorang penulis muda berpendapat, tidak mengapa, penerbit mana
yang lebih dulu acc, maka itu dulu yang diterima, kemudian segera mengcancel
beberapa penerbit yang telah kita masukkan naskah.
4. Apa yang dimaksud dengan passion? Bagaimana
mengukur diri apakah menulis adalah passion saya? Passion
adalah
aktivitas yang dilakukan sampai lupa waktu, hobi melakukan kegiatan tersebut
minimal selama 2 tahun. Nah, yang tahu passion seseorang ialah dirinya sendiri
5. Bagaimana agar tulisan kita jadi buku? Menulis
dan selesaikan! Jangan berhenti! Tulislah apa yang disukai dan didalami, agar
tulisan tidak hambar, kemudian pilih tulisan sesuai tema. Edit sebanyak 5-10x.
Penulis yang baik adalah seorang editor pula. Tanyakan pada teman-teman
tentang tanggapannya, kirim ke penerbit, jika dirasa sudah baik.
6. Jika malas menyerang saat berkarya? Kembali
ke niat awal, kata bang Tere Liye, penulis harus punya lampu ajaib, pas gosok
keluar jin, dan masalah selesai. Lampu ajaib seperti motivasi penulis. Penulis
itu harus tahu sendiri, motivasi apa yang membangkitkan potensi diri, karena lebih
mengenal dirinya. Penulis menyarankan untuk membaca buku motivasi, menonton
video kepenulisan, kepoin akun
penulis, jalan-jalan (tapi bawa catatan untuk menulis ide yang hinggap),
nonton, belanja, kuliner dan aktif di kelas menulis online atau offline.
Tips dari bunda Asma Nadia, beliau akan mantengin laptop 2-3 jam hingga
ide dan semangat terlahir kembali.
7. Bagaimana mengirim naskah ke penerbit? Tentukan
penerbit sesuai karakter buku yang diterbitkan dan naskah kita. Kepoin dengan membaca buku-bukunya, atau
pergi ke toko buku, cari buku dan catat kontak dan emailnya. Penerbit yang dimaksud penerbit mayor(besar), jika lolos,
penulis mendapat royalti sesuai penjualan buku(kesepakatan penulis dan
penerbit), penulis tak mengeluarkan sepeser pun untuk mendanai bukunya, karena
itu penerbit ini daya saingnya cukup ketat.
8. Menulis, tapi malas baca?
Menulis itu apa yang kita baca, apa yang mau ditulis kalau bacaan sangat minim?
Bak berbisnis tanpa modal.
9. Biar tulisan sebagus penulis best seller? Banyak
baca, banyak menulis, banyak riset dan banyak mengamat. Menulis itu praktek,
perbanyak jam terbang. Lahirkan habit! Tere liye konsisten menulis lebih
dari 20 tahun, 20.000 jam, meski pernah mengalami 15x penolakan oleh para
penerbit. Bocoran dari bang Tere, terkait naskah yang telah dirampungkan dan
akan ditembusin ke penerbit, ”Yang penting ibuku suka ceritaku"
10. Karya kita yang mirip penulis lain? Membahasakan
kembali dengan maksud sama. Amati, tiru dan modifikasi. Asal tidak ada niat
plagiat. Kalau pun ada paragraf yang dikutip, cantumkan nama penulis atau
sumber tulisan.
11. Biar fokus menulis? Sebenarnya, tugas
penulis adalah hanya menulis, kalau pun bisa editing, cetak, marketing
itu adalah sebuah superpower bin superpower. Tugas hanya
menulis dimaksudkan agar ide bisa mengalir deras dan barulah masuk tahap
editing, ketika naskah telah rampung.
12. Tulisan saya susah selesai, sebab saya sibuk. Bagaimana
ini?
Sebenarnya tidak sungguh-sungguh sibuk, karena kita masih cukup punya waktu
bermain di sosmed. Kata guru saya, Kak Fahim Ahmad, luangkanlah waktu untuk
menulis, bukan menulis di waktu luang, bahkan bunda Asma Nadia, Felix siauw,
Salim a fillah, Isa Alamsyah dan Ippho
Santosa saja yang sibuk dengan banyak amanah, mampu konsisten dan komitmen
menulis buku.
13. Bagaimana jika tulisan tidak sesuai ekspektasi ide yang
kita planingkan? Berarti porsi baca lebih banyak,
seimbangkan dengan banyak menulis, buatlah kerangka atau outline, dari
awal sampai dengan akhir cerita. Jadi jelas naskahnya. Sesungguhnya menulis itu
mudah dan cepat, yang lama ialah riset seperti yang dikemukakan Andrea hirata.
14. Bagaimana membuat naskah (cerita) yang menarik? Tentukan
target pembaca, gaya unik, alur yang sulit ditebak, kesan penasaran, cerita
hidup (menciptakan indera seolah-olah bersama pembaca) dan bikin penasaran. Tes
karya kita, baca ulang, apakah kita sebagai penulis masuk ke dalam cerita?
Tulislah dengan hati dan perasaan, seperti bocoran dari bang Tere, beliau saat
menulis hal sedih, beliau benar-benar akan menangis, saat beliau menulis hal
bahagia, beliau akan tersenyum.
15. Jika ingin menulis, dengan latar luar negeri? Ya
sesuaikan dengan aslinya, tidak harus ke sana, bisa lihat gambar di
internet/info terkait latar, kepoin blog anak yang pernah ke sana, cari tahu
budaya, tempat wisata dan tokoh utama berada.
16. Bagaimana menentukan judul buku yang baik? Buat
beberapa opsi judul, tanyakan ke teman dekat dan teman sosmed. Judul harus
sesuai dengan konten karya, agar pembaca merasa tidak dibohongi.
17. Bagaimana jika bahasa penulis terlalu tinggi, sehingga
sulit dipahami pembaca? Bisa jadi itu ekspresi penulis untuk
berbagi dan mengungkapkan. Tulisan (puisi) yang baik ialah mampu melahirkan
interpretasi. Ada juga yang berpendapat, maka tulisan itu mubasir, karena
tujuan karya itu untuk berbagi. Bagaimana akan berbagi jika sulit dimengerti?
Menerbitkan Buku Tanpa Keliru (Penerbit
Indie) ala Mas IJ
- Pahami sistem
penerbitan indie melalui membaca dari internet atau tanya ke teman-teman yang
pernah memakai jasa penerbitan
- Pilih penerbit
tujuan, tanyakan sistem pra-terbit, hingga cetaknya bagaimana? Harga, layanan
dan fasilitas
- Tanyakan sudah pernah menerbitkan buku apa
saja, ya setidaknya mintalah kontak para penulis yang pernah menggunakan jasa
penerbit pilihan, untuk meminta pertimbangan
- Jangan langsung transfer biaya pra-terbit hingga cetak,
sebelum ada transparansi/sistem yang membuktikan naskah telah diperlakukan
sesuai kontrak
- Minta garansi
revisi untuk desain cover, lay out,
editing dan cetak. Hargai penerbit sebagaimana jumlah uang yang kita
kekuarkan untuk proses terbit dan cetak buku. Pelayanan maksimal, harga
maksimal.
Buku
ini saya bagikan gratis. Silahkan dibagikan secara gratis pula. Mari berbagi
kebaikan! Semoga bermanfaat!
Tentang Penulis
Aika Hurairah adalah nama pena penulis,
yang kerap disapa Ariska Pertiwi. Merupakan alumni dari PSD III Teknik
Arsitektur UNDIP SEMARANG, yang menyukai dunia literasi sejak masih di Sekolah
Dasar.
Hingga kini, menurutnya, menulis ialah
panggilan hati manusia untuk berkomunikasi pada dunia, mengajak bersama untuk
belajar, berbagi, dan menduniakan budaya
literasi di Indonesia.
Penikmat
sastra dan sejarah ini juga aktif mengikuti berbagai event kepenulisan dan telah menulis beberapa buku. Bagi teman-teman
yang ingin menghubungi Aika hurairah bisa mengunjungi :
Email : ariskapertiwi22@gmail.com
FB : Aika Hurairah, Ariska Pertiwi
IG : aika_hurairah_ghazi
Wattpad : @AikaHurairah

Comments
Post a Comment