Penulis Adalah Superhero






Penulis adalah Superhero

Aika Hurairah


Buku ini hadir untuk berbagi dan membersamai kawan-kawan tuk belajar. Buku ini hanya lembaran-lembaran sederhana yang lahir dari kelas menulis online yang dinikmati penulis, dengan niat untuk memamerkan kebodohan pada khalayak, guna bertemu kalian sebagai guru untuk meluruskan penulis jika jalan yang ditempuhnya berkelok. Mari bersama belajar!

Penulis adalah Superhero!
          Tentu teman-teman pada bingung, kan? Kok bisa judul e-book ini aneh bin ajaib? Penulis itu dipanggil superhero?  Apa hebatnya? Tenang-tenang! Mari kita searching bersama!

           Ya, masih banyak di antara kita yang berasumsi, menulis itu seperti job sambilan atau pekerjaan orang yang banyak nganggurnya. Iya gak? Eits, jangan salah! Dari menulis, tahu tidak? Penulis itu bisa beroyalti sampai bernilai M, bukan J lagi! Semisal Tere Liye, Andrea Hirata, Ippo Santosa, Asma Nadia dkk.

          Itu kan memang para penulis best seller! Hmmm, apa mereka awal menulis ujuk-ujuk jadi best seller? Tidak, kan? (kecuali Andrea Hirata, yang menyusun naskah untuk hadiah gurunya, ketika diam-diam temannya memasukkan naskahnya ke redaksi, eh malah lolos dan akhirnya jadi best seller. Luar biasa niatnya!).

          Bahkan, J.K rowling, si novelis fenomenal, mendapat 14x penolakan saat memasukkan naskahnya ke penerbit mayor, andai saja beliau berhenti berjuang, mungkin kita tak pernah berjumpa dengan film spektakuler Harry Potter. 

          Jangan pernah membandingkan karya kita dengan penulis berkelas, karena setiap penulis itu berbeda dan memiliki karakter atau kekhasan tersendiri! Bahkan penulis yang cukup baru-baru ini kita nikmati buku-bukunya, penulis Ahmad rifa'i rif'an, memulai debut dari awal, dengan royalti 0 rupiah, royalti hutang, sampai beliau bisa menjadi penulis milyader tiap bulannya dari omset bukunya. Bahkan, seumpama beliau tidur sepanjang hari, tetapi royalti buku best sellernya bisa terus menerus mengalir(kutip dari buku beliau: perjalanan menulis ahmad rifa'i rif'an), bisa bangun rumah, keluarga dan beli mobil.

         Menulis itu bukan bakat, tapi habbit atau kebiasaan! Kalau bakat mah, kenapa ada penulis yang baru belajar menulis beberapa bulan, tapi ulet. Ujuk-ujuk naskahnya bisa lolos ke penerbit mayor atau penerbit besar? Dan akhirnya memutuskan untuk meningkatkan potensi menulisnya dengan menulis banyak buku, seperti guru saya bernama Kak Fahim Ahmad di grup kelas Online. So, bukan perkara bakat ya! Tapi kebiasaan yang teguh!

          Bagaimana bisa penulis menjadi superhero? Sederhananya begini, jika teman-teman semua menjadi penulis apalagi menyandang predikat best seller, dengan royalti yang terus menerus mengalir, dan teman-teman menggunakannya dengan bijak, semisal, membuat taman baca seperti yang dilakukan bunda Asma Nadia, atau semisal Ustad Salim a fillah, yang menghidupkan dakwahnya melalui buku-bukunya. Sungguh kebermanfaatan dan superpowernya mengalahkan superhero the movie yang ada di box office, Karena itu REAL!

          Penulis itu superhero, karena tulus berbagi ilmu, apa pun disiplin ilmu yang disandangnya, ia bisa mengangkat berbagai pembahasan dengan macam warna. Jadi, meskipun penulis itu juga telah mangkat, maka karya yang ditulisnya akan senantiasa hidup. Seperti Imam Al-ghazali, Hasan Al-banna, W.S Renda, Khalil Gibran, Sherlock holmes.

         Bahkan diantara mereka, atas izin Allah, mampu membuat mati suri seseorang meski sang penulis telah damai di kehidupan selanjutnya. Bagaimana bisa? Sederhananya begini, Jika seseorang yang awalnya sakit atau koma jiwanya, lalu terinspirasi dari buku yang dibacanya, kemudian mengambil pelajaran dan "change" jadi lebih baik, kemudian berlanjut menyampaikan apa yang dialaminya pada kawan-kawannya, seakan-akan ia mati suri dari koma, kemudian kembali hidup dan benar-benar menikmati hidupnya dengan bijak. Seperti Sakti, gitaris keren Sheila on 7, yang membaca buku tentang sakaratul maut, saat menunggu pesawat. Hingga kini, senantiasa berbenah diri dan berbagi pada khalayak. Felix siauw, yang asal baca buku di kamar kosan teman, membaca bab tentang adab sehari-hari bahkan bab jima yang diatur dalam agama, akhirnya melahirkan banyak pertanyaan, dan ending yang luar biasa sensasional sampai detik ini.

        Maka, tulislah karya yang kontennya baik, agar tak ada sesal yang tersemat. Tulisan itu seperti teko, apa yang dituangkannya adalah isinya, apa yang sering diamati, konsumsi, baca, dengar, alami, dan rasakan akan menjadi karakter penulis dan yang ditulisnya.  Menulis itu juga seperti paramater kecerdasan, ada tidak bahasan yang akan ditulis?

           Jangan pernah anggap remeh sebuah tulisan dan penulis. Pernah dengar ungkapan Satu peluru hanya dapat menembus 1 kepala dan 1 tulisan dapat menembus 1000 kepala? (Sayyid Quthb). 

Nah, ini benar adanya, mari melirik seorang jurnalis, Theodore Herzl, dengan bersandangkan gelar Bapak Zionis, dari 1 tulisannya berjudul der Judenstaat (Negara Yahudi), tahun 1896, cita-cita mendirikan sebuah negara baru dan menjadi real hingga kini, sebuah tulisan bisa menembus ribuan bahkan lebih  kepala.

         Lha, bagaimana ceritanya? Beliau yang berdarah yahudi memiliki asa, untuk menyelesaikan permasalahan orang-orang yahudi yang tersebar di penjuru, ia memiliki plan untuk mengumpulkan semua orang yahudi dalam 1 negara, yang kita kenal sekarang bernama Israel. Nah, jika beliau 50 tahun yang lalu sebelum berdiri negaranya, langsung ber-orasi mengemukakan opininya, tentu banyak yang membully dan tidak percaya. 

         Akhirnya lahirlah sebuah tulisan yang kala itu viral, sehingga diadakan konferensi lanjutan. Hingga lahirlah negara baru Israel, dengan mencaplok negara Palestina, yang negara kita sendiri tak mengakui kedaulatannya. Kok pembahasannya sampai sini? Iya, inilah salah satu contoh kekuatan sebuah tulisan.

          Di Indonesia sendiri, kita mengenal salah seorang pentolan PKI bernama Muso, yang terinspirasi buku revolusi-komunis karya Marx dan Lenin, sehingga membawa dampak untuk Indonesia sendiri. Perubahan dalam tanda kutip! Sehingga usaha pengkudetaan terjadi di beberapa titik di tiap wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke. Inilah yang disebut The power of a book!

         Bahkan, presiden pertama Indonesia, yang negara Paman Sam saja takut pada beliau, gemar membaca buku sejak muda, ketika anak-anak yang lain bermain. Melalui membaca, seolah-olah Bung Karno dapat bersua dan mendengarkan pikiran orang-orang hebat, yang kelak membentuk mental dan seni berdiplomasi beliau, hingga membuatnya menjadi pejuang tanah air. Begitu pula Muhammad Hatta, Gus Dur, Ki Hajar Dewantara, B.J Habibie, semuanya merupakan tokoh hebat tanah air, yang terkenal masih eksis, tokoh bersejarah yang lahir dari salah satu corong, yakni gemar baca buku.

         Sedang, penulis sendiri, in shaa Allah senantiasa berproses untuk terus belajar dan berbagi, dari inspirasi biografi manusia mulia dan para tokoh, seperti Rasulullah SAW-Muhammad bin Abdulloh, Muhammad Al-fatih, Salahuddin Al-ayyubi, Hasan al-banna, Bediuzzaman Said Nursi dan masih banyak lainnya. 

        1 tulisan memang punya kekuatan! The superpower. Karena itu, jika tulisan adalah superpower, maka  sang penulis adalah superhero. Maka tulislah yang baik-baik, apapun genre tulisan! Pahlawan adalah siapa pun yang bisa berbagi dan menginspirasi kebaikan untuk khalayak. Mari menjadi superhero jaman now!

Mengapa harus menjadi superhero (penulis)?
       1. Menulis itu wadah penambah pengetahuan, 1 buku yang ditulis saja bisa memuat 10-20 buku yang dibaca, ya minimal 1 buku yang ditulis ada 3 referensi buku. Maka penulis akan rajin membaca buku, yang menjadi jendela tuk melihat dunia. Mustahil jika penulis malas baca buku, kalau malas, apa bahan yang bisa ditulis? Bak jualan, jika tidak memiliki bahan yang dijual, apa yang mau didagangkan? Begitu pun keterkaitan antara baca dan nulis. Bunda Asma Nadia sendiri, membiasakan diri untuk membaca 2-3 buku dalam se-pekan.
        2. Penyebar kebaikan, tulisan sangat efektif untuk menyampaikan asa, menebar kebaikan, juga merupakan warisan yang hendak kita berikan untuk negeri kita. Bukan tentang pasar bangsa sebenarnya, tapi tentang nasib bacaan bangsa.
       3. Menulis, sumber penghasilan. Seperti yang penulis bahas diawal. Menulis buku mendapat royalti, menulis artikel mendapat fee. Penghasilan penulis best seller bisa mencapai ratusan juta bahkan sampai milyaran. Meski yang harus diingat, pajak penulis itu tinggi ya kawan-kawan. Gunakan, apa yang kita nikmati dengan bijak, dan sebagai jalan untuk berbagi dengan saudara-saudara di sana. Be a hero jaman now! Ingat, perkara berbagi bukan tentang kehilangan, tapi menemukan kembali dengan lapis-lapis keberkahan.
      4. Agar abadi. Meski usia tertimpa masa, tapi karya tetap hidup. Mengalir bak air. Ya, setidaknya ada lah andil kita untuk kontribusi kebajikan buat bangsa. Jalaluddin Rumi "Takkala aku mati, jangan kau palingkan matamu ke tanah untuk mencari kuburanku, kuburanku berada di hati orang yang arif". Maka, penulis akan abadi karyanya, seolah-olah ia tetap hidup. Karenanya, jangan pernah menulis karya yang kelak akan disesali. Tulisanmu adalah tanggung jawabmu! Kelak akan dipertanggung jawabkan. 
 
Rahasia Kepenulisan ala Ahmad rifa'i rif'an
1. Asal nulis
2. Asal jadi buku
3. Asal terbit
4. Asal best seller

 Sesungguhnya, the superpower itu bergantung dari kekuatan niat. "Amal itu tergantung dari niatnya" HR. Bukhari, Muslim. Andaikan demi uang untuk menulis 1 buku best seller, dalam jangka waktu 2-3 bulan juga bisa, lalu silahkan tidur selama bertahun-tahun. In shaa Allah teman-teman akan tercukupi kebutuhannya dari royalti buku.

Bukan perkara uang sebenarnya. Niatkan untuk ibadah seperti dikutip dari Ustad Yusuf Mansur. Maka, berkah akan kebaikan yang bertambah-tambah akan dirasakan. Materi bukan perkara motivasi utama. Dampaknya hanya dunia. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Sangat boleh, jika royalti kita, digunakan bijak untuk berbagi pada saudara kita. Berbagi sedikit ilmu dan materi.

Tidak perlu menunggu menjadi penulis best seller seperti Andrea Hirata, Tere Liye, Ippho Santosa dll. Bahkan penulis biasa saja yang mau berusaha dan diniatkan baik. Maka Allah karuniakan penghasilan miliyaran tiap bulan (seperti yang dikemukakan ahmad Rifa'i rif'an). Apa pun pekerjaannya, setiap orang punya peluang jadi penulis.

Agar tidak minder dengan karya sendiri, jangan pernah membandingkan karya kita dengan penulis best seller, karena karya kita tentu punya kekhasan. Cukup niatkan untuk berbagi. Tidak menggurui pembaca, tapi membersamai dan belajar bersama.

 Jangan jadikan tulisan kita bak sampah! Artinya, kita setiap harinya memuat status di sosmed, tak pernah memback-upnya dengan mengumpulkan sesuai tema dan mencetaknya menjadi sebuah buku. Jika hanya status-status yang ditulis kemudian ditimbun oleh status baru. Status kita hanya akan menjadi sampah bagi teknologi yang tak ada guna dan menjadikan bahan bangsa asing untuk mengamati mental dan pola pikir anak bangsa.

          Tidak lebih dari 10% total penulis di Indonesia, dewasa ini, negara ini bukan defisit penulis, tapi krisis mental untuk melahirkan sebuah buku. Boleh dikata, Setiap orang adalah penulis. Ya, penulis status di FB, IG, Twitter dan sosmed lainnya. Mari memulai mencetak karya! Membukukan atau menyulapnya menjadi e-book.
 
Jangan takut berbagi, jika dari kita lahir penulis baru yang lebih baik atau muncul pesaing dalam kepenulisan. Penulis mengingat sepenggal petuah baik dari Hasan al basri "Aku tahu rezekiku telah diatur karena itu hatiku tetap tenang". Yang perlu dilakukan ialah bersemangat bekerja dan berbagi.

Berbagi itu barokah, punya ilmu harus dibagi, jika hidup hanya menyimpan ilmu seorang diri, tak ada manfaatnya. Salah satu amalan yang takkan terputus ketika say good bye pada dunia ialah ILMU YANG BERMANFAAT.


Trik Jitu Menulis ala Muhammad IJ
1. Menulis sesuai konsumsi publik. Ibarat penulis suka buah mangga, tidak semua kan orang suka mangga? dan itu jangan dipaksakan!
2. Tahu kebutuhan pasar pembaca, pake teknik on the spot atau teknik trawang. Teknik on the spot ialah menelisik pembahasan yang lagi booming. Teknik trawang adalah menulis sesuai kebutuhan jaman yang akan datang. Tahu dari mana? Peka terhadap zaman, up date informasi, teori dan pengetahuan. Ex. karya yang masih hidup hingga kini. Karya Imam al ghazali-hya'ulum al-din, Hasan al-banna-Risalah Pergerakan, Said Nursi-Risalah Nur, dll.
3. Sudah tahu pasar? Ya, langsung tulis! Sekarang!
4. Tulis yang mudah dipahami
5. Jangan sering writer block's, ide mandek, karena pasar tahu, jadi nulisnya jelas, tahu gaya bahasa dan pembahasan. Apalagi yang dibingungkan?
6. Revisi niat
7. Menerbitkannya

Komitmen dan Mangasah Diri Untuk Menulis!
1. Debat pembahasan menggunakan tulisan, membahas sebuah fenomena ke dalam tulisan
2. Minta kritik, mintalah kritik pada sosok guru penghidup masa depan, artinya dalam keperjalanan, kita kadangnya bertemu dengan sosok guru yang lisannya setajam silet, hanya memberi kritik, tanpa saran yang dapat direalisakan. Maka, bijaklah memilih guru. Definisi guru di sini luas ya kawan, guru adalah semua orang yang kita kenal dapat kita ambil pelajarannya. Baik itu, adik kelas, adik angkatan, kawan, tetangga, orang tua, penjual siomay dll.
3. Ikut kelas menulis, kelas gratis atau berbayar. Semua baik, tapi biasanya yang terbaik kebanyakan memang berbayar, anggap saja ini sebuah inventasi
4. Baca banyak buku, jangan jadi macam kutu buku! Jadilah predator buku, menulis itu apa yang kamu baca
5. Melakukan reevaluasi terhadap buku
6. Menulislah!

Sedikit Bocoran dari Perjalanan Para Penulis
           Jangan puas hati dulu, keika naskah kita lolos di penerbit, karena para editor jaman now, tidak seketat dulu, buktinya banyak buku-buku yang isinya biasa saja, tapi masuk di dalam jajaran berkelas, terbitan dari penerbit ternama. Jangan sampai buku kita hanya bertahan beberapa mimggu atau beberapa hari terdepan, kemudian mengisi rak buku diskon setelahnya. Maka, pastikan buku kita jadi best seller.

          Percaya dirilah pada tulisan sendiri. Jika sama karya sendiri tidak yakin. Bagaimana meyakinkan yang lain? Ada seorang kawan penulis, meski tulisannya masih berproses atau biasa saja, namun kepercayaan dirinya membawanya pada keberhasilan. Beliau begitu semangat membukukan naskah melalui penerbit indie dan memasarkan sendiri tulisannya. Skill marketing juga sangat mempengaruhi keperjalanan menulis. Stategi untuk mewujudkan life gols, kita harus berperan dalam takdir kita.

           Menulis itu persoalan jati diri, ciri khas, atau dalam kebahasan disebut idiolek. Maka, tidak dibatasi teori apa pun. Kekhasan tersebut didapat dari karakter buku yang sering dibacanya, dari lingkungan dan budaya. Inti dari menulis ialah berbagi dan menyampaikan pesan (gagasan, rasa, asa, fakta dll) pada kawan-kawan pembaca.

         Salah seorang penulis muda menanyakan, bagaimana jika penulis lebih asyik menulis daripada belajar? Ya, justru dari belajar, kelak menjadi bahan tulisan. Intinya, penulis itu banyak belajar, mencari referensi atau riset untuk pembahasan yang akan ditulisnya. Baik itu karya fiksi atau nonfiksi.

       Guru saya, Mohammad IJ berpesan, saat menulis jangan pikirkan keuntungan dari penerbit! Tapi layak tidak, karya kita bisa diterima? Jika sulit tembus di penerbit mayor, kita bisa mencoba penerbit indie, yang memberi fasilitas oke dan murah. Penerbit Indie (self publishing) adalah penerbit yang akan mencetak buku kita, tanpa seleksi ketat, kita sendirilah yang membiayai dan marketingnya(sesuai kontrak), keuntungan penjualan milik penulis.

Penulis Itu Superhero yang Romantis
          Tahap awal menulis karya itu, hingga terbitnya sebuah buku itu sungguh dramatis. Tiap scene saat menulis, rasa malas sering menjangkit. Malas menulis itu bak begadang seharian, lantas selepasnya pulas tertidur. Tapi, betapa bahagianya, jika harapan dan cita-cita tercapai. Menulis itu melatih sabar, tekun dan emosi (yang dikontrol). Apalagi saat ide mandek, karena kurang riset. Tulisan mampu membawa pembaca pada berbagai macam emosi, termasuk sebagai warna penghibur. Tulislah karya yang jelas, manfaat dan visionaris!

          Menulis itu perkara komitmen. Komitmen berlelah-lelah merampungkan tulisan hingga berbentuk buku, dengan niat untuk berbagi pada khalayak. Sungguh aktivitas yang romantis.

          Jika suatu saat karya kita banyak mendapat kritik. Berbanggalah karena telah menjadi penulis yang memiliki cukup karya yang berkenan dikritik, juga itu merupakan pembelajaran yang membangun. So, dengarkan nasihat yang berdata yang tentu mudah direalisasikan.

Berikut rekapan pertanyaan dan ulasan calon penulis hebat bangsa dari kelas menulis online
1. Bagaimana jika tidak PD dengan karya sendiri? Jika diri sendiri sebagai penulis saja tidak yakin akan karyanya, bagaimana meyakinkan pembaca? Niatkan untuk berbagi dan belajar.
2. Bagaimana menilai karya kita layak atau tidak? Jika naskah telah sekesai, bagikan pada teman-teman (yang dinilai mampu mengkritik membangun dan berdata), jika banyak karya kita yang disukai, berarti karya kita bagus. Jadikan kritik dan saran untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas karya. Setelah ke teman-teman, barulah coba masukkan ke penerbit.
3. Bolehkah mengirim 1 karya yang sama ke banyak penerbit? Dari salah seorang penulis best seller sendiri tidak menyarankan, karena jika semua penerbit meloloskan naskah kita, kita bisa masuk dalam daftar hitam. Sedang, salah seorang penulis muda berpendapat, tidak mengapa, penerbit mana yang lebih dulu acc, maka itu dulu yang diterima, kemudian segera mengcancel beberapa penerbit yang telah kita masukkan naskah.
4. Apa yang dimaksud dengan passion? Bagaimana mengukur diri apakah menulis adalah passion saya? Passion adalah aktivitas yang dilakukan sampai lupa waktu, hobi melakukan kegiatan tersebut minimal selama 2 tahun. Nah, yang tahu passion seseorang ialah dirinya sendiri
5. Bagaimana agar tulisan kita jadi buku? Menulis dan selesaikan! Jangan berhenti! Tulislah apa yang disukai dan didalami, agar tulisan tidak hambar, kemudian pilih tulisan sesuai tema. Edit sebanyak 5-10x. Penulis yang baik adalah seorang editor pula. Tanyakan pada teman-teman tentang tanggapannya, kirim ke penerbit, jika dirasa sudah baik.
6. Jika malas menyerang saat berkarya? Kembali ke niat awal, kata bang Tere Liye, penulis harus punya lampu ajaib, pas gosok keluar jin, dan masalah selesai. Lampu ajaib seperti motivasi penulis. Penulis itu harus tahu sendiri, motivasi apa yang membangkitkan potensi diri, karena lebih mengenal dirinya. Penulis menyarankan untuk membaca buku motivasi, menonton video kepenulisan, kepoin akun penulis, jalan-jalan (tapi bawa catatan untuk menulis ide yang hinggap), nonton, belanja, kuliner dan aktif di kelas menulis online atau offline. Tips dari bunda Asma Nadia, beliau akan mantengin laptop 2-3 jam hingga ide dan semangat terlahir kembali.
7. Bagaimana mengirim naskah ke penerbit? Tentukan penerbit sesuai karakter buku yang diterbitkan dan naskah kita. Kepoin dengan membaca buku-bukunya, atau pergi ke toko buku, cari buku dan catat kontak dan emailnya. Penerbit yang dimaksud penerbit mayor(besar), jika lolos, penulis mendapat royalti sesuai penjualan buku(kesepakatan penulis dan penerbit), penulis tak mengeluarkan sepeser pun untuk mendanai bukunya, karena itu penerbit ini daya saingnya cukup ketat.
8. Menulis, tapi malas baca? Menulis itu apa yang kita baca, apa yang mau ditulis kalau bacaan sangat minim? Bak berbisnis tanpa modal.
9. Biar tulisan sebagus penulis best seller? Banyak baca, banyak menulis, banyak riset dan banyak mengamat. Menulis itu praktek, perbanyak jam terbang. Lahirkan habit! Tere liye konsisten menulis lebih dari 20 tahun, 20.000 jam, meski pernah mengalami 15x penolakan oleh para penerbit. Bocoran dari bang Tere, terkait naskah yang telah dirampungkan dan akan ditembusin ke penerbit, ”Yang penting ibuku suka ceritaku"
10. Karya kita yang mirip penulis lain? Membahasakan kembali dengan maksud sama. Amati, tiru dan modifikasi. Asal tidak ada niat plagiat. Kalau pun ada paragraf yang dikutip, cantumkan nama penulis atau sumber tulisan.
11. Biar fokus menulis? Sebenarnya, tugas penulis adalah hanya menulis, kalau pun bisa editing, cetak, marketing itu adalah sebuah superpower bin superpower. Tugas hanya menulis dimaksudkan agar ide bisa mengalir deras dan barulah masuk tahap editing, ketika naskah telah rampung.
12. Tulisan saya susah selesai, sebab saya sibuk. Bagaimana ini? Sebenarnya tidak sungguh-sungguh sibuk, karena kita masih cukup punya waktu bermain di sosmed. Kata guru saya, Kak Fahim Ahmad, luangkanlah waktu untuk menulis, bukan menulis di waktu luang, bahkan bunda Asma Nadia, Felix siauw, Salim a fillah, Isa Alamsyah dan  Ippho Santosa saja yang sibuk dengan banyak amanah, mampu konsisten dan komitmen menulis buku.
13. Bagaimana jika tulisan tidak sesuai ekspektasi ide yang kita planingkan? Berarti porsi baca lebih banyak, seimbangkan dengan banyak menulis, buatlah kerangka atau outline, dari awal sampai dengan akhir cerita. Jadi jelas naskahnya. Sesungguhnya menulis itu mudah dan cepat, yang lama ialah riset seperti yang dikemukakan Andrea hirata.
14. Bagaimana membuat naskah (cerita) yang menarik? Tentukan target pembaca, gaya unik, alur yang sulit ditebak, kesan penasaran, cerita hidup (menciptakan indera seolah-olah bersama pembaca) dan bikin penasaran. Tes karya kita, baca ulang, apakah kita sebagai penulis masuk ke dalam cerita? Tulislah dengan hati dan perasaan, seperti bocoran dari bang Tere, beliau saat menulis hal sedih, beliau benar-benar akan menangis, saat beliau menulis hal bahagia, beliau akan tersenyum.
15. Jika ingin menulis, dengan latar luar negeri? Ya sesuaikan dengan aslinya, tidak harus ke sana, bisa lihat gambar di internet/info terkait latar, kepoin blog anak yang pernah ke sana, cari tahu budaya, tempat wisata dan tokoh utama berada.
16. Bagaimana menentukan judul buku yang baik? Buat beberapa opsi judul, tanyakan ke teman dekat dan teman sosmed. Judul harus sesuai dengan konten karya, agar pembaca merasa tidak dibohongi.
17. Bagaimana jika bahasa penulis terlalu tinggi, sehingga sulit dipahami pembaca? Bisa jadi itu ekspresi penulis untuk berbagi dan mengungkapkan. Tulisan (puisi) yang baik ialah mampu melahirkan interpretasi. Ada juga yang berpendapat, maka tulisan itu mubasir, karena tujuan karya itu untuk berbagi. Bagaimana akan berbagi jika sulit dimengerti? 

      Menerbitkan Buku Tanpa Keliru (Penerbit Indie) ala Mas IJ
-     Pahami sistem penerbitan indie melalui membaca dari internet atau tanya ke teman-teman yang pernah memakai jasa penerbitan
-      Pilih penerbit tujuan, tanyakan sistem pra-terbit, hingga cetaknya bagaimana? Harga, layanan dan fasilitas
-      Tanyakan sudah pernah menerbitkan buku apa saja, ya setidaknya mintalah kontak para penulis yang pernah menggunakan jasa penerbit pilihan, untuk meminta pertimbangan
- Jangan langsung transfer biaya pra-terbit hingga cetak, sebelum ada transparansi/sistem yang membuktikan naskah telah diperlakukan sesuai kontrak
-    Minta garansi revisi untuk desain cover, lay out, editing dan cetak. Hargai penerbit sebagaimana jumlah uang yang kita kekuarkan untuk proses terbit dan cetak buku. Pelayanan maksimal, harga maksimal.


Buku ini saya bagikan gratis. Silahkan dibagikan secara gratis pula. Mari berbagi kebaikan! Semoga bermanfaat!





Tentang Penulis
            Aika Hurairah adalah nama pena penulis, yang kerap disapa Ariska Pertiwi. Merupakan alumni dari PSD III Teknik Arsitektur UNDIP SEMARANG, yang menyukai dunia literasi sejak masih di Sekolah Dasar.
 Hingga kini, menurutnya, menulis ialah panggilan hati manusia untuk berkomunikasi pada dunia, mengajak bersama untuk belajar, berbagi, dan menduniakan  budaya literasi di Indonesia.
                Penikmat sastra dan sejarah ini juga aktif mengikuti berbagai event kepenulisan dan telah menulis beberapa buku. Bagi teman-teman yang ingin menghubungi Aika hurairah bisa mengunjungi :

Email            : ariskapertiwi22@gmail.com
FB                 : Aika Hurairah, Ariska Pertiwi
IG                 : aika_hurairah_ghazi
Wattpad        : @AikaHurairah



Comments