![]() |
| New Normal Semarang |
Kalau di daerah, protokol kesehatan untuk pencegahan pandemi covid-19 bisa dibilang kurang, lihat saja di media sosial atau bincang-bincang kawan dari daerah, bahwa kegiatan kumpul bareng, jaga jarak yang jarang dilakukan, hingga tidak menggunakan masker dan mencuci tangan kerapkali masih dibudayakan.
Di Semarang sendiri, apalagi di kotanya, di daerah Simpang Lima, telah di lockdown, pantas saja waktu saya ke masjid raya baiturrahman di depan Simpang Lima untuk studi banding, kendaraan yang biasanya ramai, cukup sepi. Apalagi kendaraan umum semisal BRT dan angkot tidak ada yang melintas. Akhirnya saya mencari ojek online yang mengeluh-ngeluhkan soal pandemi. Entah pembatasan wilayah ini hanya di hari weekend atau juga hari aktif.
Di Semarang. Setiap kita mendatangi tempat umum semisal puskesmas, swalayan, bank, RS, kampus, dan bangunan umum lainnya, pasti harus dicek terlebih dahulu suhu badannya, lalu mewajibkan untuk mencuci tangan yang telah disediakan. Kursi-kursi yang tersedia juga diberi jarak.
![]() |
| Masjid Raya Baiturrahman |
Tidak hanya bangunan umum. Masjid juga diterapkan pembatasan. Padahal sudah lama sekali saya tidak salat berjamaah di masjid, karena masjid besar ditutup hingga masjid kampus, bahkan untuk bermain batminton di gor UNDIP saja, tidak dibolehkan untuk pencegahan covid-19 atau mungkin ada pembatasan jam dan jumlah pengungung.
Tetapi, Masjid Raya Baiturrahman sendiri mulai jumat, 12 Juni 2020 telah dibuka salat untuk umum, dan tentunya melaksanakan protokal kesehatan dengan banyaknya fasilitas untuk mencuci tangan dan shaf-shaf yang diberi jarak hingga ke parkiran.


Comments
Post a Comment